MUSDAR

MUSDAR, S.Pd.M.Pd adalah seorang Hamba Allah, dilahirkan di Pasar Kambang pada 12 Desember 1973 Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Bar...

Selengkapnya
Navigasi Web

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTUR TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DISERTAI PETA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai komponen yang saling terkait. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006 (Mulyasa 2013: 66).

Pengembangan Kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif dan inovatif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan secara terpadu. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik berupa panduan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual, seperti biologi.

Biologi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Pada pembelajaran biologi sangat diperlukan konsep-konsep dasar yang selalu berkaitan dengan individu itu sendiri serta lingkungannya. Selain itu, biologi adalah pelajaran yang bersifat hafalan, butuh pemahaman serta pengamatan agar siswa mudah memahami suatu materi dalam biologi.

1

1

Nilai biologi yang diperoleh siswa umumnya rendah hal ini disebabkan karena materi pelajaran biologi sulit dipahami sehingga minat siswa dalam proses pembelajaran Biologi kurang, begitu juga yang terjadi di SMPN 1 Batang Kapas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru Biologi di SMPN 1 Batang Kapas, salah satu materi biologi yang dikatakan sulit adalah sistem gerak pada manusia. Materi ini tergolong sulit karena banyak memuat konsep-konsep dan dibutuhkan pengamatan secara langsung mengenai rangka manusia. Sementara untuk mengamati rangka tersebut, sekolah belum menyediakan suatu media seperti torso/model rangka. Proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolahpun hanya berpusat pada guru. Penggunaan berbagai macam metode dalam belajar kurang bervariasi. Siswa dalam belajar masih kurang tertarik untuk belajar dan cenderung pasif baik dalam bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru. Kurangnya interaksi antar siswa, tidak adanya kerjasama dalam belajar yang bisa membuat siswa saling bertukar pikiran dan ide.

Materi ini dikatakan sulit, terlihat dari hasil Ulangan Harian mata pelajaran biologi siswa kelas VIII semester 1 Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Sesuai dengan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Dikelas VIII1 nilai rata-rata ulangan hariannya 56,75 dan kelas VIII2 63,75. Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam proses belajar mengajar, seorang guru hendaknya bisa menciptakan suasana belajar dengan memilih metode yang sesuai dengan materi yang dipelajari agar dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak membosankan.

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap minat siswa dalam belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Dimana menggunakan berbagai metode terutama metode dengan struktur yang sesuai, tepat dan cocok untuk materi tertentu bagi guru merupakan suatu jembatan untuk memudahkan dalam proses belajar mengajar agar tercapainya tujuan pembelajaran dengan hasil belajar yang memuaskan. Salah satu metode pembelajaran kooperatif yaitu struktur two stay two stray (TSTS). Menurut Istani (2012 : 201) metode pembelajaran kooperatif dengan struktur ini dimulai dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru membagikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi dalam kelompok selesai, dua orang dari masing –masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan menjadi tamu dikelompok lain sedangkan dua orang lagi bertugas menerima tamu. Struktur ini bertujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, melatih siswa untuk berbagi informasi dan melatih kemandirian siswa.

Dalam menerapkan struktur ini, untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar dapat dibekali dengan peta konsep. Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran biologi merupakan suatu alternatif untuk mengubah cara belajar siswa dari belajar menghafal ke dalam belajar bermakna. Penggunaan peta konsep pada TSTS diharapkan dapat membantu guru dalam menjelaskan materi secara umum kepada siswa serta memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang akan didiskusikan dalam kelompok nantinya.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur TSTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian Umra Alfina di SMP Muhammadiyah 6 Padang Tahun 2013 pada materi ekosistem bahwa terdapatnya peningkatan hasil belajar dengan struktur TSTS. Sementara metode pembelajararan struktur TSTS ini belum pernah dilakukan di SMP N 1 Batang Kapas. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis telah melakukan penelitian dengan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep pada siswa kelas VIII semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan materi “Sistem Gerak”. Judul dari penelitian ini adalah “ Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Struktur Two Stay Two Stray (TSTS) Disertai Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Batang Kapas.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ditemukan dalam proses belajar IPA adalah berikut ini .

1. Pembelajaran berpusat pada guru.

2. Metode pembelajaran yang berlangsung tidak bervariasi.

3. Kurangnya minat siswa dalam belajar.

4. Hasil belajar siswa di bawah KKM.

C. Batasan Masalah

Masalah yang diteliti pada penelitian ini dibatasi hanya pada :

1. metode pembelajaran dengan menggunakan penerapan metode kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep.

2. materi sistem gerak pada manusia.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka dapat penulis kemukakan permasalahan yaitu bagaimanakah pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMPN 1 Batang Kapas ?.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMPN 1 Batang Kapas .

F. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah berikut ini .

1. Bagi peneliti, dapat menemukan salah satu metode pembelajaran yang tepat sebagai bekal untuk dapat diterapkan dalam dunia pendidikan.

2. Bagi guru-guru biologi SMPN 1 Batang Kapas, sebagai bahan pertimbangan dalam memperbaiki proses belajar mengajar agar tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.

3. Bagi siswa kelas VIII SMPN 1 Batang Kapas, semoga dapat meningkatkan hasil belajar biologi melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Belajar Mengajar

Proses pengajaran merupakan proses membimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-murid. (Hamalik , 2008 : 27).

Hamalik (2008 : 29) juga mengatakan bahwa “Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh “. Berbeda dengan Aqib (2010 : 43) mengemukakan bahwa “Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar”. Namun, menurut Sudjana (1989:28) dalam Rusman (2012:1) mengatakan bahwa “Belajar merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar”.

6

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Pembelajaran secara umum adalah kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran adalah upaya guru menciptakan pelayanan terhadap kemampuan atau potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi potimal antara guru dan siswa serta antarsiswa. (Hamdani, 2011 : 71).

Menurut Bruner dalam Nasution (2010 : 9) proses belajar dapat dibedakan atas tiga fase atau episode berikut ini.

1. Informasi . Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya.

2. Transformasi. Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.

3. Evaluasi. Kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh.

B. Pembelajaran Kooperatif

Hariyanto (2012 : 161) mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerjasama dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan”. Kemudian Rusman (2012:202) juga mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok –kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”.

Roger dan David dalam Lie (2010 : 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Lima unsur-unsur dasar model pembelajaran kooperatif yang harus ditetapkan adalah berikut ini.

1. Saling ketergantungan Positif.

Keberhasilan kelompok sangat tergantung kepada usaha setiap anggotanya. Semua anggota bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama. Saling ketergantungan positif menyebabkan semua anggota kelompok berusaha untuk mempelajari semua materi pelajaran.

2. Tanggung Jawab Perseorangan.

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Koopertaif learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar selanjutnya tugas dalam kelompok dapat dilaksanakan.

3. Tatap Muka.

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajaran untuk membentuk sinergik yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergik ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan, dan mengisi kekurangan masing – masing.

4. Komunikasi Antaranggota.

Unsur ini menghendaki agar pembelajaran dibekali dengan keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Akan tetapi pembelajaran tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi Proses Kelompok.

Pengajaran perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kegiatan kelompok, melainkan bisa diadakan dalam beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif learning.

Rusman (2012 : 208) mengemukakan ciri-ciri yang terjadi pada kebanyakan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif adalah berikut ini.

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Adapun kelebihan/ keuntungan dari pembelajaran kooperatif menurut Kagan dalam Hariyanto (2012:243) adalah berikut ini .

1. Meningkatkan prestasi akademis.

2. Meningkatkan saling pengertian antar ras dan antar etnik.

3. Meningkatkan kepercayaan diri.

4. Meningkatkan tumbuhnya empati.

5. Meningkatkan berbagai keterampilan sosial.

6. Mempererat hubungan sosial.

Johnson, dkk (1991) dalam Asma (2012 : 27) mengatakan bahwa “Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli pendidikan ditemukan kekurangan pembelajaran kooperatif seperti siswa yang berkemampuan tinggi merasakan kekecewaan ketika mereka harus membantu temannya yang berkemampuan rendah”. Kemudian Noornia (1997) dalam Asma (2012 : 27) mengatakan bahwa “untuk menyelesaikan suatu materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran konvensional”.

Hariyanto (2012 : 185) menetapkan istilah metode pembelajaran kooperatif dan tidak menggunakan istilah model pembelajaran kooperatif, seperti halnya yang dianut dan dikembangkan oleh Johnson dan Johnson, Slavin, Sharan, Cohen dan Kagan. Namun, model Eggen, Kauchak dan Arends menganggap pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran bukan metode pembelajaran.

C. Metode Pembelajaran Kooperatif Struktur Two Stay Two Stray (TSTS)

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai banyak struktur , salah satunya adalah struktur Two Stay Two Stray (TSTS) yang telah dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dalam Hariyanto (2012 : 235). Lie (2010 : 61) mengemukakan bahwa “Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Teknik belajar mengajar Two Stay Two Stray (TSTS) juga memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain”.

Menurut Spencer Kagan (1992) dalam Fauzi (2009:135) TSTS yang dikembangkannya melibatkan setiap perwakilan kelompok (two stray) untuk menjelaskan materi kepada kelompok lain secara bergantian. Konkretnya materi yang akan dibahas pada setiap kelompok harus berkaitan dalam satu topik pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif struktur TSTS merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Struktur ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.

Hariyanto ( 2012 : 235) mengatakan bahwa “Aktivitas struktur dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) ini dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan analitis dalam kelompok. Guru sebagai fasilitator dapat mengatur kelas sedemikian rupa sehingga ada ruang yang cukup bagi adanya kelompok-kelompok siswa berisi 4 orang”.

Adapun sintaks atau cara kerjanya dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray ) ini menurut Hariyanto (2012 : 235 ) sebagai berikut ini.

1. Siswa dibagi dalam kelompok 4 orang.

2. Guru mengajukan pertanyaan atau suatu topik untuk dibahas.

3. Siswa semula bekerja dalam kelompok terlebih dahulu, setelah selesai, dua orang siswa dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu di kelompok yang lain di dekatnya.

4. Dua orang yang tinggal dalam setiap kelompok bertugas menjelaskan hasil kerja atau membagikan informasi yang diperoleh kelompoknya semula, kepada dua orang tamunya. Siswa tamu kembali ke kelompoknya semula dan membagikan informasi yang diperolehnya selama bertamu kepada anggota kelompoknya.

5. Anggota kelompok mencocokkan hasil pemikiran kelompok semula dengan hasil tamu.

Menurut Fauzi (2009 :135) langkah-langkah pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) adalah berikut ini.

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.

2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain.

3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka ke kelompok lain.

5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.

Suyatno (2009 : 66) juga menjelaskan bahwa “Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan kelompok”.

Menurut beberapa pendapat di atas , maka penulis memodifikasi tahap pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) sebagai berikut ini.

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari kelompok A, B, C, dan seterusnya. Dimana tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

2. Guru menampilkan konsep – konsep dari materi pelajaran dengan peta konsep secara umum dan siswa diminta untuk mengamati dan memahami peta konsep.

3. Guru membagikan LDS yang memuat gambar .

4. Guru meminta setiap siswa mengamati gambar yang terdapat dalam LDS.

5. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum paham setelah mengamati gambar dan meminta setiap kelompok untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan yang terdapat dalam LDS setelah mengamati gambar .

6. Guru membimbing kelompok dalam berdiskusi.

7. Guru meminta 2 orang siswa dari tiap-tiap kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain bertugas untuk mencari informasi , sementara 2 siswa yang tinggal dalam setiap kelompok tetap dikelompoknya sebagai penerima tamu untuk menjelaskan hasil kerja / informasi yang diperoleh dari kelompok semula.

8. Guru meminta siswa yang bertamu untuk kembali ke kelompoknya semula apabila mereka telah menyelesaikan tugasnya dan melaporkan hasil temuan yang diperolehnya selama bertamu.

9. Guru meminta setiap kelompok mencocokkan hasil temuannya dengan hasil diskusi yang mereka peroleh dari kelompok semula.

10. Guru membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya dengan menunjuk beberapa kelompok.

11. Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang memperoleh total nilai kuis tertinggi.

Kelebihan struktur TSTS ini menurut Istarani (2012 : 202) sebagai berikut ini.

1. Kerjasama di dalam kelompok maupun diluar kelompok dalam proses belajar mengajar.

2. Kemampuan siswa dalam memberikan informasi kepada temannya yang lain di luar kelompok dan begitu juga sebaliknya ketika siswa balik ke dalam kelompoknya masing-masing.

3. Kemampuan siswa dalam menyatukan ide dan gagasannya terhadap materi yang dibahasnya dalam kelompok maupun ketika menyampaikannya pada siswa yang diluar kelompoknya.

4. Keberanian siswa dalam menyampaikan bahan ajar pada temannya.

5. Melatih siswa untuk berbagi terutama berbagi ilmu pengetahuan yang didapatnya di dalam kelompok.

6. Pembelajaran akan tidak membosankan sebab antara siswa selalu berinteraksi dalam kelompok maupun di luar kelompok.

7. Melatih kemandirian siswa dalam belajar.

Selain kelebihannya, Istarani (2012 : 203) juga mengemukakan beberapa kelemahan dari struktur TSTS sebagai berikut ini.

1. Dapat mengundang keributan ketika siswa bertamu ke kelompok lain.

2. Siswa yang kurang aktif akan kesulitan mengikuti proses pembelajaran seperti ini.

3. Pembelajaran kurang mendalam, sebab sepenuhnya diserahkan pada siswa tanpa ada penjelasan materi sebelumnya.

4. metode seperti ini adakalanya penggunaan waktu yang kurang efektif.

D. Hubungan Metode Pembelajaran Kooperatif Struktur Two Stay Two Stray (TSTS) Dengan Hasil Belajar

Lie (2010:61) mengatakan bahwa “Struktur Two Stay Two Stray (TSTS) memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Pembelajaran two stay two stray (TSTS) memberikan keunggulan yaitu siswa dituntut untuk berbagi dalam hal memecahkan masalah, berbagi informasi kepada kelompok lain, dan interaksi antara siswa baik dalam kelompok sendiri maupun dalam kelompok lain”.

Hubungan metode pembelajaran kooperatif struktur TSTS dengan hasil belajar siswa dapat ditinjau dari setiap tahap pelaksanaan. Pada tahap awal pelaksanaan pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) setiap kelompok berdiskusi untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan guru yang terdapat dalam LDS . Peran setiap anggota kelompok sangat diharapkan sehingga semua anggota kelompok akan terlibat aktif. Hal ini akan memotivasi siswa untuk mempelajari materi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (Istarani, 2012:201).

E. Pembagian Kelompok

Lie (2010 : 41) mengatakan bahwa “ Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang/rendah.Berikut ini disajikan langkah-langkah pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademik menurut Lie (2010 : 41).

Tabel 1. Prosedur Pengelompokkan Heterogenitas Berdasarkan Kemampuan Akademis

Langkah I

Mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademis

Langkah II

Membentuk kelompok A

Langkah III

Membentuk kelompok selanjutnya

1. Ani

2. David

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11. Yusuf

12. Citra

13. Rini

14. Basuki

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23. Slamet

24. Dian

1. Ani

2. David

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11. Yusuf

12. Citra

13. Rini

14. Basuki

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23. Slamet

24. Dian

1. Ani

2. David

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11. Yusuf

12. Citra

13. Rini

14. Basuki

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23. Slamet

24. Dian

Berdasarkan tabel di atas siswa diurutkan dari kemampuan rendah sampai kemampuan tinggi. Pembentukan kelompok A dapat dilakukan dengan mengambil siswa dari nomor urut 1, siswa nomor 12, siswa nomor 13 dan siswa nomor 25. Untuk kelompok B diambil dengan menempatkan siswa nomor urut 2, siswa nomor 11, siswa nomor 14 dan siswa nomor 24. Untuk kelompok selanjutnya, lakukan proses yang sama.

F. Peta Konsep

Ausubel dalam Dahar (2011 :106) mengatakan bahwa “Sangat menekankan agar para guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para siswa supaya belajar bermakna dapat berlangsung”. Kemudian menurut Martin (1994) dalam Trianto (2010 : 157) mengatakan bahwa “Agar anak dapat menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas, dapat melalui pemetaan konsep. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari”.

Dahar ( 2011 :106) mengatakan bahwa “Peta konsep dikembangkan untuk menggali ke dalam struktur kognitif pelajar dan untuk mengetahui, baik bagi pelajar maupun guru, untuk melihat apa yang telah diketahui pelajar. Peta konsep merupakan suatu pendekatan yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan baik oleh pelajar atau guru secara sadar dan bebas”. Sementara menurut Martin (1994) dalam Trianto (2010 : 158) mengatakan bahwa “Peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang menggambarkan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama”.

Macam-macam peta konsep menurut Nur (2000) dalam Trianto (2010 : 160) yaitu peta konsep pohon jaringan, peta konsep rantai kejadian, peta konsep siklus dan peta konsep laba-laba.

1. Peta konsep pohon jaringan. Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain dituliskan pada garis-garis penghubung. Kata-kata yang ditulis pada garis memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut : (a) menunjukkan sebab akibat, (b) suatu hierarki, (c) prosedur yang bercabang, dan (d) istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.

Gambar 1. Peta Konsep Pohon Jaringan Komponen Ekosistem.

(Trianto, 2010 : 162)

2. Peta konsep rantai kejadian. Dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses.

Gambar 2 . Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer

(Trianto, 2010: 162)

3. Peta konsep siklus. Rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal.

Gambar 3 . Peta Konsep Siklus Air ( Trianto, 2010 : 163)

4. Peta konsep laba-laba. Digunakan untuk curah pendapat. Melakukan curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk.

Gambar 4 . Peta Konsep Laba-Laba Pencemaran Lingkungan(Trianto, 2010 : 164)

Adapun langkah-langkah membuat peta konsep menurut Trianto (2010 : 160) dan Dahar (2011 : 108) sebagai berikut ini.

1. Memilih suatu bahan bacaan.

2. Menentukan konsep-konsep yang relevan.

3. Mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif.

4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung misalnya “terdiri atas”, “menggunakan” dan lain-lain.

Peta konsep memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep yang dinyatakan Novak dan Gowin ( 1984) dalam Bardi (2011) adalah berikut ini.

a. Bagi guru

1. Pemetaan konsep dapat menolong guru mengorganisir seperangkat pengalaman belajar secara keseluruhan yang akan disajikan.

2. Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pelajaran, hal ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek verbal bagi siswa dengan mudah melihat, membaca dan mengerti makna yang diberikan.

3. Pemetaan konsep menolong guru memilih aturan pengajaran berdasarkan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pelajaran yang disajikan dalam urutan yang acak.

4. Membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengajarannya.

b. Bagi siswa

1. Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman siswa dan daya ingatnya.

2. Dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas berfikir siswa, hal ini menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa.

3. Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik yang akan memudahkan dalam belajar.

4. Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen-komponen konsep dan mengenali hubungan.

Kelemahan yang mungkin dialami siswa dalam menyusun peta konsep adalah berikut ini.

1. Perlunya waktu yang cukup lama dalam menyusun peta konsep, sedangkan waktu yang tersedia di kelas terbatas.

2. Sulit menentukan konsep-konsep yang terdapat pada materi yang dipelajari.

3. Sulit menentukan untuk menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lain.

G. Hasil Belajar

Wakhinuddin (2010 : 89) mengatakan bahwa “Memberi penilaian terhadap hasil belajar siswa merupakan kewajiban seorang guru dan mutlak dilakukan”. Kemudian Menurut Majid (2011 : 227) juga mengatakan bahwa “Guru diharapkan melaksanakan hasil penilaian secara berkesinambungan. Salah satu tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui sejauh mana murid telah mencapai hasil belajar yang direncanakan sebelumnya.

Hamalik (2008 : 155) mengatakan bahwa “Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dna keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya”. Kemudian Suprijono (2010:5) mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Hal ini sependapat dengan Burton (1952) dalam Lufri (2007 : 11) juga mengatakan bahwa “Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi, kemampuan dan keterampilan”.

Latisma (2011 : 188) mengatakan bahwa “ Dalam mengelompokkan hasil belajar dikenal dengan taksonomi yang terdiri dari tiga wilayah yaitu sebagai berikut ini.

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam aspek / tingkatan proses berfikir mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam tingkatan yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan, tingkat pemahaman, tingkat penerapan, tingkat analisis, tingkat sintesis dan tingkat evaluasi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah sikap mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, konsep diri, nilai serta moral. Ranah sikap mencakup lima jenjang, yaitu menerima atau memperhatikan, menanggapi, menilai atau menghargai, mengatur atau mengorganisasikan, dan karakterisasi.

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut Dave (1967) dalam Latisma (2011 : 203) mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu :

a. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat

b. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja

c. Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat

d. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.

e. Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi.

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Suprijono (2010 : 7) menegaskan bahwa “Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VIII SMPN 1 Batang Kapas.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas. Seperti yang diungkapkan Arikunto (2006:58) “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki hasil belajar”.

PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar yang terjadi dikelas, bukan pada input kelas (seperti silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output kelas (hasil belajar). Suharsimi (2002) menjelaskan :

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti

2. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain :

1.

27

Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah

2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lain mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas

3. Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan

4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah.

Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

Rincian kegiatan pada pelaksanaan PTK adalah :

a. Perencanaan

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini rancangan strategi dan scenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya telah di uji oleh guru agar dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Scenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.

c. Pengamatan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan format yang disusun sebelumnya. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes) atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias dan lain-lain.

d. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan : perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.

B. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 20 orang siswa. Pemilihan kelas ini diambil karena pada tahun pelajaran 2014/2015, kelas VIII hanya terdiri dari satu kelas saja, makanya kelas ini langsung terpilih untuk menjadi kelas penelitian. Penulis berharap rendahnya penguasaan konsep siswa dapat diatasi melalui penelitian ini.

2. Tempat Penelitian

Penelitian berlangsung di SMP Negeri 1 Batang Kapas yang beralamat di Jalan Baru, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Sekolah ini dipilih karena peneliti sendiri bertugas di sekolah ini sehingga peneliti lebih memahami kondisi dan karakteristik siswa. Diharapkan hasil penelitian juga akan berdampak positif bagi kelas tempat peneliti bertugas.

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari 13 September 2014 sampai dengan 03 Oktober 2015. Jadwal pelaksanaannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian

No

Siklus Ke

Tanggal Pelaksanaan

Waktu

1

Pertama (I)

Senin, 20 September 2015

08.50 – 10.10

2

Kedua (II)

Rabu, 22 September 2015

10.30 – 11.50

Jadwal Pelaksanaan penelitian diatas disusun berdasarkan jadwal pelajaran di SMP Negeri 1 Batang Kapas dimana untuk mata pelajaran IPA di Kelas VIII jadwalnya setiap hari Senin jam 08.50 – 10.10 WIB dan hari Rabu jam 10.30 - 11.50 WIB.

C. Desain Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sebagaimana layaknya penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini akan dimulai dari siklus I yang pelaksanaannya melalui 4 (empat) tahap yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Pelaksanaan dari tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan berikut ini:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan dibuat berawal dari permasalahan yang muncul di lapangan yaitu nilai sistem gerak pada manusia terhadap siswa kelas VIII tahun 2014. Dari hasil nilai tersebut penulis menemukan sebagian besar siswa masih belum memahami materi sistem gerak pada manusia padahal materi ini bersifat kontekstual. Pengalaman peneliti mengajar sebagai guru di kelas VIII SMP Negeri 1 Batang Kapas juga menunjukkan siswa ”melupakan” konsep yang sebenarnya sudah pernah mereka pelajari. Permasalahan ini dapat disebut sebagai refleksi awal.

Dari permasalahan di atas muncul gagasan untuk menerapkan penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VIII SMP N 1 Batang Kapas, dengan tujuan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif, inovatif, memudahkan, mengasyikkan, dan menyenangkan. Kegiatan perencanaan ini diawali dengan kegiatan :

1) Observasi : melakukan pengamatan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di dalam kelas dan menganalisis hasil tes diagnostik tentang materi besaran.

2) Analisis permasalahan. Analisis masalah dilakukan berdasarkan pengamatan masalah yang muncul dari kegiatan observasi.

3) Menentukan tindakan/alternatif pemecahan masalah. Penulis menentukan alternatif pemecahan masalah dari kajian beberapa sumber kepustakaan.

4) Menyusun perangkat pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

5) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung.

6) Mempersiapkan instrument (tes).

7) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

2) Mencatat data selama kegiatan penelitian.

3) Melaksanakan tes hasil belajar untuk konsep yang telah dilaksanakan

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa kegiatan penting yang perlu diamati adalah :

1) Aktivitas siswa yang berkaitan dengan berapa persen siswa yang aktif: melihat, mendengar, bertanya, menjawab, dan mencatat.

2) Semua aktifitas pembelajaran yang positif maupun negatif dicatat sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan siklus berikutnya.

3) Hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes hasil belajar untuk materi sistem gerak pada manusia

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua instrument yaitu:

1) Tes, digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar.

2) Lembar Observasi, digunakan untuk mengamati proses pembelajaran

d. Refleksi

Pada kegiatan refleksi ini, peneliti membahas data hasil observasi. Data yang terekam pada instrumen observasi dievaluasi dan diambil kesimpulan untuk membuat rencana pelaksanaan siklus berikutnya. Peneliti mengevaluasi apakah ada peningkatan atau tidak. Jika tidak terjadi peningkatan atau perbaikan, peneliti melakukan evaluasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan apakah ada kekeliruan sehingga hasil yang diharapkan tidak tercapai. Dan jika terdapat peningkatan hasil belajar maka penulis melanjutkan kegiatan penelitian ke siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan disusun dari hasil refleksi siklus I. Kegiatan perencanaan ini diawali dengan kegiatan:

1) Membuat rencana pembelajaran siklus II.

2) Menyusun skenario tindakan yang dilakukan.

3) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung.

4) Mempersiapkan instrument (tes).

5) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

2) Mencatat data selama kegiatan penelitian.

3) Melaksanakan tes hasil belajar untuk konsep yang telah dilaksanakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilaksanakan skenario pembelajaran sesuai perencanaan yang telah disusun pada tahap perencanaan di atas.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa kegiatan penting yang perlu diamati adalah :

1) Aktivitas siswa yang berkaitan dengan berapa persen siswa yang aktif: melihat, mendengar, bertanya, menjawab, dan mencatat.

2) Semua aktifitas pembelajaran yang positif maupun negatif dicatat sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan siklus berikutnya.

3) Hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes hasil belajar untuk materi sistem gerak pada manusia.

d. Refleksi

Pada kegiatan refleksi ini, peneliti membahas data hasil observasi. Data yang terekam pada instrumen observasi dievaluasi dan diambil kesimpulan untuk membuat rencana pelaksanaan siklus berikutnya. Peneliti mengevaluasi apakah ada peningkatan atau tidak. Jika tidak terjadi peningkatan atau perbaikan, peneliti melakukan evaluasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan apakah ada kekeliruan sehingga hasil yang diharapkan tidak tercapai. Dan jika tidak terdapat peningkatan hasil belajar maka penulis melanjutkan kegiatan penelitian ke siklus berikutnya.

3. Siklus III

a. Perencanaan

Perencanaan disusun dari hasil refleksi siklus II. Kegiatan perencanaan ini diawali dengan kegiatan:

1) Membuat rencana pembelajaran siklus III.

2) Menyusun skenario tindakan yang dilakukan.

3) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung.

4) Mempersiapkan instrument (tes).

5) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

2) Mencatat data selama kegiatan penelitian.

3) Melaksanakan tes hasil belajar untuk konsep yang telah dilaksanakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilaksanakan skenario pembelajaran sesuai perencanaan yang telah disusun pada tahap perencanaan di atas.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa kegiatan penting yang perlu diamati adalah :

1) Aktivitas siswa yang berkaitan dengan berapa persen siswa yang aktif: melihat, mendengar, bertanya, menjawab, dan mencatat.

2) Semua aktifitas pembelajaran yang positif maupun negatif dicatat sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan siklus berikutnya.

3) Hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes hasil belajar untuk materi sistem gerak pada manusia.

d. Refleksi

Pada kegiatan refleksi ini, peneliti membahas data hasil observasi. Data yang terekam pada instrumen observasi dievaluasi dan diambil kesimpulan untuk membuat rencana pelaksanaan siklus berikutnya. Peneliti mengevaluasi apakah ada peningkatan atau tidak. Jika tidak terjadi peningkatan atau perbaikan, peneliti melakukan evaluasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan apakah ada kekeliruan sehingga hasil yang diharapkan tidak tercapai. Jika tidak terdapat peningkatan hasil belajar maka penulis melanjutkan kegiatan penelitian ke siklus berikutnya, dan jika terdapat peningkatan hasil belajar maka penulis menghentikan penelitian.

D. Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan melalui tiga tahap yaitu mereduksi data, mendeskripsikan data dan membuat kesimpulan. Mereduksi data merupakan kegiatan menyeleksi data penelitian sesuai dengan fokus permasalahan. Mendeskripsikan data dilakukan agar data yang telah kumpulkan menjadi lebih bermakna. Bentuk deskripsi dapat berupa naratif, grafik atau tabel. Tahap terakhir adalah membuat kesimpulan dari data yang telah dideskripsikan. Tahap menganalisis dan interprestasi data merupakan tahap yang penting karena kegiatan ini akan memberi makna bagi data yang telah di kumpulkan. Hasil analisis data merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.

Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisa dengan menggunakan analisa data kuantitatif dan kualitatif, dimulai dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Hasil tes siswa yang berupa jawaban soal-soal yang diberikan dianalisa secara kuantitatif, sedangkan hasil observasi dalam pembelajaran dianalisa secara kualitatif. Data kuantitatif dianalisa dengan menghitung rata-rata tes hasil belajar menggunakan rumus rerata menurut Suharsimi Arikunto.

Suharsimi arikunto (2010 : 269) menjelaskan analisa data yang menggunakan teknik deskriptif kualitatif memanfaatkan persentase merupakan langkah awal saja dari keseluruhan proses analisis. Analisis kualitatif harus dinyatakan dalam sebuah prediket yang menunjukkan ukuran kualitas. Berdasarkan pendapat diatas disusun lima kategori predikat :

No

Interval

Kategori

1

81 – 100 %

Sangat baik

2

61 – 80 %

Baik

3

41 – 60 %

Cukup

4

21 – 40 %

Kurang baik

5

0 – 20 %

Tidak baik

E. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan proses pembelajaran adalah tercapainya nilai hasil belajar 81 % siswa memperoleh nilai diatas KKM 80.

Cara menghitung persentase nilai hasil belajar siswa :

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :

1. penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMPN 1 Batang Kapas.

2. Aktivitas siswa setiap siklus secara keseluruhan meningkat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mengemukakan beberapa saran antara lain :

1. diharapkan kepada guru-guru bidang studi khususnya guru biologi supaya dapat menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2.

58

diharapkan bagi peneliti yang berminat diharapkan melakukan penelitian lanjutan pada pokok bahasan biologi lain dan dengan tingkat sekolah yang berbeda.

51

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Alfina, Umra. (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Padang. (Skripsi). STKIP

Aqib, Zainal. (2010). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia

Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendiidkan.ed. rev.cet.11. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Ed.rev.cet.14. Jakarta : Rineka Cipta

Asma, Nur. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif. Padang : UNP Press

Bardi. (2011). Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Peta Konsep,(http ://www.id.shvoong.com/social-sciences/education/2241988-kelebihan-dan-kelemahan-pembelajan-peta- konsep.html, diakses 25 Maret 2014)

Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Gelora Aksara Pratama

Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Fauzi Maufur, Hasan. (2009). Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan. Semarang : Sindur Press

Hamalik, Oemar. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. (2008). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara

Hamdani, M.A. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Pustaka Setia

Hariyanto & Warsono. (2012). Pembelajaran Aktif : Teori dan Asesmen. Surabaya : PT. Remaja Rosdakarya

Ismawati & Hindarto. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7: 38 – 41

Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada

Kunandar. (2013). Penilaian Autentik. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada

Latisma. (2011). Evaluasi Pendidikan. Padang : UNP Press

Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia

Lufri, M.S. (2005). Metodologi Penelitian. Padang : UNP

Lufri, M.S. (2007). Strategi Pembelajaran Biologi. Padang : UNP

Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : ALFABETA

Rohani, Ahmad. (2002). Pengelolaan Pengajaran Sebuah Pengantar Menjadi Guru Profesional. Jakarta : Rineka Cipta

Rusman. (2012). Model- Model Pembelajaran. ed. 2. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada

Sudijono, Anas. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakartan : PT. Raja Gravindo Persada

Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jatim : Masmadia Buana Pustaka

Syaodih Sukmadinata, Nana. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif –Progresif- Konsep, Lamdasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana

Usman, Husaini & Stiady Akbar, Purnomo. (2006). Pengantar Statistika. rev.ed. Jakarta : Bumi Aksara

Wakhinuddin. (2010). Merencanakan Pembelajaran Teknik Otomotif. Padang : UNP Press

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran Biologi

SILABUS MATA PELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMPN 1 Batang Kapas

Kelas / Semester : VIII / I

Kompetensi Inti :

KI 1 :Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI 2 :Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun , percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI 3 :Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4 :Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Kompetensi Dasar

Materi Pokok

Pembelajaran

Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan pengamatan,percobaan, dan berdiskusi.

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan.

2.3 Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggung jawab dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam memilih makanan dan minuman yang menyehatkan dan tidak merusak tubuh.

2.4 menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi penghargaan pada orang yang menjual makanan sehat tanpa campuran zat aditif yang berbahaya

3.4. Mendeskripsikan struktur rangka dan otot manusia, serta fungsinya pada berbagai kondisi.

4.4. Menyajikan tulisan tentang upaya menjaga kesehatan rangka manusia dikaitkan dengan zat gizi makanan dan perilaku sehari-hari

Sistem Gerak pada Manusia

Mengamati:

· Mengamati gambar atau tayangan aktivitas manusia sehari-hari.

Menanya:

Tanya jawab tentang :

· Struktur apa sajakah yang dimiliki manusia sehingga

dapat melakukan gerak aktif?

Eksperimen/explore:

· Praktikum menggunakan model rangka manusia untuk identifikasi nama-nama tulang penyusun sistem rangka manusia.

· Praktikum identifikasi macam-macam sendi yang terdapat pada rangka manusia.

· Praktikum pengamatan mikroskopis jaringan otot yang meliputi otot lurik, polos, dan jantung. Hasil pengamatan digambar pada lembar kerja.

Asosiasi:

· Menentukan nama-nama tulang dan sendi penyusun rangka manusia pada lembar kerja melalui studi literatur.

· Menentukan nama-nama otot yang diamati dengan cara mencari informasi dari buku paket atau referensi lainnya yang relevan

· Menentukan letak / keberadaan, sifat, dan cara kerja otot yang diamati

· Membuat kesimpulan tentang perbedaan antara otot lurik, polos, dan jantung.

Mengkomunikasikan :

· Diskusi kelompok untuk membahas hasil pekerjaan. Menyampaikan hasil praktikum pengamatan sistem alat gerak manusia dalam bentuk laporan tertulis

· Menginformasikan lebih lanjut tentang struktur sistem gerak manusia beserta fungsinya.

Tugas

Mendata berbagai gangguan pada sistem gerak manusia dan cara mencegah/menghindari-nya..

Observasi

Ceklist lembar pengamatan

kegiatan eksperimen

Portofolio

Laporan tertulis kelompok dan tugas

Tes

Tes tertulis bentuk uraian dan/atau pilihan ganda

Contoh Soal PG:

Perhatikan gambar otot berikut!

Organ yang dibentuk otot

tersebut antara lain .............

a. tangan

b. usus besar

c. paru-paru

d. jantung

10 JP

· Buku paket,

· Lembar kerja Praktikum

Buku atau sumber belajar yang relevan.

· Media elektronik

Batang Kapas , Oktober 2015

Mengetahui :

Kepala SMPN 1 Batang Kapas Peneliti

DONG RIZAL, S.Pd.MM MUSDAR, S.Pd.M.Pd

NIP 195912011983011002 NIP. 197312122005011008

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMP N 1 Batang Kapas

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Semester : VIII/ 1

Topik : Sistem gerak pada manusia

Sub Topik : Struktur sistem rangka dan fungsi rangka bagi tubuh manusia

Alokasi Waktu : 3 x 40 menit ( 1 x pertemuan)

Pertemuan Ke : 1

A. Kompetensi inti

KI 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

KI 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan , mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang /teori.

B. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi

No

Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Kompetensi

1.

1.1. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengalaman ajaran agama yang dianutnya.

1.1.1. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan.

2.

2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu ; objektif ; jujur ; teliti ;cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari.

2.3. Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggung jawab dalam aktivitas sehari-hari.

2.1.1. memiliki rasa ingin tahu.

2.3.1. menunjukkan perilaku bijaksana dan tanggung jawab dalam belajar baik secara individu maupun kelompok.

3.

3.4. Mendeskripsikan struktur rangka dan otot manusia, serta fungsinya pada berbagai kondisi.

3.4.1. Menjelaskan fungsi sistem rangka pada manusia.

3.4.2. Mendeskripsikan struktur tulang pada manusia.

3.4.3. Menjelaskan pembagian tulang berdasarkan zat penyusun.

3.4.4. Menjelaskan pembagian tulang berdasarkan bentuk dan ukuran.

3.4.5. Menjelaskan pembagian tulang berdasarkan letak.

3.4.6. Menunjukkan sikap rasa ingin tahu, percaya diri, ketekunan, ketelitian, tanggung jawab dan bekerjasama dalam melakukan penyelidikan struktur dan fungsi rangka pada manusia.

3.4.7. Terampil mengamati struktur dan fungsi rangka yang sering terlibat dalam aktivitas sehari-hari.

4.

4.4. Menyajikan tulisan tentang upaya

menjaga kesehatan rangka manusia dikaitkan dengan zat gizi makanan dan perilaku sehari-hari

-

C. Tujuan pembelajaran

1. Melalui pengamatan gambar rangka dan diskusi kelompok, peserta didik dapat menjelaskan fungsi sistem rangka pada manusia dengan baik dan benar.

2. Melalui pengamatan gambar rangka dan diskusi kelompok, peserta didik dapat mendeskripsikan struktur tulang pada manusia dengan baik dan benar.

3. Melalui studi pustaka dan diskusi kelompok, peserta didik dapat menjelaskan pembagian tulang berdasarkan zat penyusun dengan baik dan benar.

4. Melalui pengamatan gambar rangka dan diskusi kelompok, peserta didik dapat menjelaskan pembagian tulang berdasarkan bentuk dan ukuran dengan baik dan benar.

5. Melalui pengamatan dan diskusi kelompok, peserta didik dapat menjelaskan pembagian tulang berdasarkan letak dengan baik dan benar.

6. Peserta didik dapat mengembangkan sikap rasa ingin tahu, percaya diri, ketekunan, ketelitian, tanggung jawab dan bekerjasama melalui pembelajaran struktur dan fungsi rangka pada manusia yang sering terlibat dalam aktivitas sehari-hari.

7. Peserta didik terampil dalam melakukan pengamatan terhadap struktur dan fungsi rangka pada manusia yang sering terlibat dalam aktivitas sehari-hari dengan baik dan benar.

D. Materi

1. Fakta :

a. Struktur tulang terdiri dari tulang kompak, sumsum tulang, tulang rawan, dan lain-lain

b. Tulang pipih terletak pada tulang kepala

c. Tulang pipa seperti tulang paha

d. Tulang tempat melekatnya otot

2. Konsep :

Berdasarkan alat geraknya, sistem gerak pada manusia terdiri dari 2:

a. alat gerak aktif : berupa otot karena dapat melakukan kegiatan kontraksi dan relaksasi sehingga dapat menggerakkan semua anggota tubuh terutama tulang.

b.

Alat gerak pasif : berupa tulang karena tidak dapat bergerak kecuali bantuan otot.

Fungsi sistem rangka bagi tubuh manusia.

a. Pemberi bentuk tubuh

b. Tempat pembentukan sel-sel darah

c. Melindungi organ-organ dalam

d. Tempat melekatnya otot

Pembagian tulang berdasarkan zat penyusunnya.

a. Tulang rawan : zat penyusunnya banyak mengandung zat perekat dan sedikit zat kapur

b. Tulang keras : zat penyusunnya banyak mengandung zat kapur dan sedikit zat perekat

Pembagian tulang berdasarkan bentuk dan ukurannya.

a. Tulang panjang : contoh tl.paha, tl. Lengan atas, tl. Kering, tl. Hasta, dll.

b. Tulang pendek : contoh tl. Pergelangan tangan, tl. Telapak tangan

c. Tulang pipih : contoh tl. Kepala, tl. belikat

d. Tulang tidak beraturan : contoh tl. Ruas tulang belakang, tl.pipi

Pembagian tulang berdasarkan letak.

a. Tulang pembentuk tengkorak

b. Tulang pembentuk badan

c. Tulang pembentuk anggota gerak atas dan bawah

3. Prinsip : -

4. Prosedur : -

E. Pendekatan / strategi / metode pembelajaran

1. Pendekatan : Saintifik

2. Metode : Pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep

3. Model : -

F. Media, alat, dan sumber pembelajaran

1. Media :

-

Peta konsep

2. Alat dan Bahan

- Alat tulis

3. Sumber Belajar

- Buku IPA SMP / MTs kelas VIII, Puskurbuk edisi revisi 2014, Kemdikbud.

- Lembar Diskusi Siswa (LDS)

- Ringkasan materi dari berbagai sumber

G. Kegiatan pembelajaran

Kegiatan

Langkah-langkah Struktur TSTS

Deskripsi Kegiatan

Komponen Saintifik

Alokasi Waktu

Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan membaca salam dan dilanjutkan dengan berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masing – masing.

2. Guru memeriksa kesiapan serta kehadiran siswa.

3. Guru memberikan apersepsi siswa “Sebutkan apa saja ciri-ciri makhluk hidup ! ciri makhluk hidup salah satunya bergerak. Tahukah ananda organ apa saja yang membangun tubuh kita sehingga tubuh kita dapat bergerak ? Gerak disebabkan karena adanya rangka, sendi dan otot.

4. Memotivasi siswa dengan menyampaikan bahwa mempelajari sistem gerak sangat penting sehingga siswa dapat mengetahui bagaimana manusia dapat melakukan aktivitas sehingga mensyukuri ciptaan Allah.

5. Guru menyampaikan judul dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.

15 menit

Inti

1. Pembagian kelompok.

2. Menampilkan konsep – konsep dari materi pelajaran dengan peta konsep secara umum.

3. Membagikan LDS dan mengamati gambar.

4. Berdiskusi dalam kelompok

5. Membimbing kelompok belajar.

6. Pembagian tugas ( 2 siswa ditugaskan menjadi tamu dan 2 siswa lagi ditugaskan menjadi penerima tamu).

7. Siswa tamu kembali ke kelompok semula setelah menyelesai-kan tugasnya dan mendiskusi-kan hasil temuannya dengan kelompok semula.

8. mempresen-tasikan hasil diskusi .

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari kelompok A, B, C, dan seterusnya. Dimana tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa dan meminta masing- masing siswa untuk duduk sesuai kelompoknya.

2. Guru menampilkan konsep – konsep dari materi pelajaran dengan peta konsep secara umum dan siswa diminta untuk mengamati dan memahami peta konsep.

3. Guru membagikan LDS yang memuat gambar.

4. Guru meminta setiap siswa mengamati gambar yang terdapat dalam LDS.

5. Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa mengenai gambar yang telah mereka amati dan setelah itu meminta setiap kelompok untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan yang terdapat dalam LDS.

6. Guru membimbing kelompok dalam berdiskusi.

7. Guru meminta 2 orang siswa dari tiap-tiap kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain bertugas untuk mencari informasi , sementara 2 siswa yang tinggal dalam setiap kelompok tetap dikelompoknya sebagai penerima tamu untuk menjelaskan hasil kerja / informasi yang diperoleh dari kelompok semula.

8. Guru meminta siswa yang bertamu untuk kembali ke kelompoknya semula apabila mereka telah menyelesaikan tugasnya dan melaporkan hasil temuan yang diperolehnya selama bertamu.

9. Guru meminta setiap kelompok mencocokkan hasil temuannya dengan hasil diskusi yang mereka peroleh dari kelompok semula.

10. Guru membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya dengan menunjuk beberapa kelompok.

11. Guru memberikan penguatan / mempertegas jawaban siswa

Mengamati

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Mengolah Informasi

Mengkomunikasikan

90 menit

Penutup

1. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.

2. Guru mengadakan kuis untuk mengecek pemahaman siswa.

3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh total nilai kuis tertinggi.

4. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya dirumah tentang sendi.

5. Guru menutup pelajaran dengan membimbing siswa untuk membaca Hamdalah sebagai syukur kepada Allah SWT.

15 menit

H. Penilaian

1. Jenis dan bentuk instrumen

Jenis

Bentuk Instrumen

Tes Tertulis

Tes Tertulis

Sikap

Lembar pengamatan sikap

Keterampilan

Lembar pengamatan keterampilan dan rubrik

2. Contoh instrumen

Soal uraian

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan tepat !

1. Tuliskanlah fungsi sistem rangka pada manusia !

2. Tuliskan bagian-bagian dari struktur tulang !

3. Jelaskan pembagian tulang berdasarkan zat penyusunnya !

4. Jelaskan pembagian tulang berdasarkan bentuk dan ukuran !

5. Jelaskan pembagian tulang berdasarkan letak !

Kunci

No. Soal

Jawaban

Aspek

Bobot

1.

Fungsi sistem rangka :

1. Memberikan bentuk tubuh

2. Melindungi organ-organ dalam

3. Tempat menempelnya otot

4. Tempat dibentuknya sel darah

5. Sebagai alat gerak pasif

C1

20

2.

Bagian struktur tulang :

1. Periosteum

2. Tulang kompak

3. Tulang spons

4. Rongga sum-sum tulang

5. Tulang rawan

C2

20

3.

Pembagian tulang berdasarkan zat penyusunnya :

1. Tulang rawan : banyak mengandung zat perekat

2. Tulang keras : banyak mengandung zat kapur dan fosfor

C2

20

4.

Nama tulang penyusun rangka berdasarkan letak :

a.

tulang pembentuk tengkorak

- Tulang tengkorak : letak di kepala

- Tulang pipi : letak pada wajah

b. tulang pembentuk badan

- Tulang rusuk : letak pada dada

- Tulang selangka : letak pada bahu

- Tulang pinggul : letak pada pinggul

c. tulang pembentuk anggota gerak

- Tulang hasta : letak di lengan tangan bagian bawah

- Tulang paha : letak pada tulang kaki bagian atas

- Tulang ruas jari : letak pada bagian jari

- Tulang telapak kaki : letak pada telapak kaki

- Tulang betis : letak pada kaki bagian bawah

C2

20

5.

Nama tulang berdasarkan bentuk dan ukuran:

1. Tulang pipih : contoh tulang tengkorak, tulang belikat

2. Tulang panjang : contoh tulang paha, lengan atas, betis

3. Tulang pendek : telapak kaki, tepalak tangan, pergelangan tangan

4. Tulang tidak beraturan : tulang wajah

C2

20

Observer,

( ______________)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMP N 1 Batang Kapas

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Semester : VIII/ 1

Topik : Sistem gerak pada manusia

Sub Topik : Struktur sistem rangka dan fungsi rangka bagi tubuh manusia

Alokasi Waktu : 3 x 40 menit ( 1 x pertemuan)

Pertemuan Ke : 1

A. Kompetensi inti

KI 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

KI 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan , mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang /teori.

B. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi

No

Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Kompetensi

1.

1.1. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengalaman ajaran agama yang dianutnya.

1.1.2. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan.

2.

2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu ; objektif ; jujur ; teliti ;cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari.

2.3. Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggung jawab dalam aktivitas sehari-hari.

2.1.1. Memiliki rasa ingin tahu.

2.3.1. Menunjukkan perilaku bijaksana dan tanggung jawab dalam belajar baik secara individu maupun kelompok.

3.

3.4. Mendeskripsikan struktur rangka dan otot manusia, serta fungsinya pada berbagai kondisi.

1.4.1. Menjelaskan fungsi sistem rangka pada manusia.

1.4.2. Mendeskripsikan struktur tulang pada manusia.

1.4.3. Menjelaskan pembagian tulang berdasarkan zat penyusun.

1.4.4. Menjelaskan pembagian tulang berdasarkan bentuk dan ukuran.

1.4.5. Menjelaskan pembagian tulang berdasarkan letak.

1.4.6. Menunjukkan sikap rasa ingin tahu, percaya diri, ketekunan, ketelitian, tanggung jawab dan bekerjasama dalam melakukan penyelidikan struktur dan fungsi rangka pada manusia.

1.4.7. Terampil mengamati struktur dan fungsi rangka yang sering terlibat dalam aktivitas sehari-hari.

5.

1.4.Menyajikan tulisan tentang upaya menjaga kesehatan rangka manusia dikaitkan dengan zat gizi makanan dan perilaku sehari-hari

-

C. Tujuan pembelajaran

1. Melalui pengamatan gambar rangka dan diskusi kelompok, peserta didik dapat menjelaskan fungsi sistem rangka pada manusia dengan baik dan benar.

2. Melalui pengamatan gambar rangka dan diskusi kelompok, peserta didik dapat mendeskripsikan struktur tulang pada manusia dengan baik dan benar.

3. Melalui studi pustaka dan diskusi kelompok, peserta didik dapat menjelaskan pembagian tulang berdasarkan zat penyusun dengan baik dan benar.

4. Melalui pengamatan gambar rangka dan diskusi kelompok, peserta didik dapat menjelaskan pembagian tulang berdasarkan bentuk dan ukuran dengan baik dan benar.

5. Melalui pengamatan dan diskusi kelompok, peserta didik dapat menjelaskan pembagian tulang berdasarkan letak dengan baik dan benar.

6. Peserta didik dapat mengembangkan sikap rasa ingin tahu, percaya diri, ketekunan, ketelitian, tanggung jawab dan bekerjasama melalui pembelajaran struktur dan fungsi rangka pada manusia yang sering terlibat dalam aktivitas sehari-hari.

7. Peserta didik terampil dalam melakukan pengamatan terhadap struktur dan fungsi rangka pada manusia yang sering terlibat dalam aktivitas sehari-hari dengan baik dan benar.

D. Materi

1. Fakta :

a. struktur tulang terdiri dari tulang kompak, sumsum tulang, tulang rawan, dan lain-lain

b. tulang pipih terletak pada tulang kepala

c. tulang pipa seperti tulang paha

d. tulang tempat melekatnya otot

2. Konsep :

Berdasarkan alat geraknya, sistem gerak pada manusia terdiri dari 2.

a. alat gerak aktif : berupa otot karena dapat melakukan kegiatan kontraksi dan relaksasi sehingga dapat menggerakkan semua anggota tubuh terutama tulang.

b. alat gerak pasif : berupa tulang karena tidak dapat bergerak kecuali bantuan otot.

Fungsi sistem rangka bagi tubuh manusia.

a. pemberi bentuk tubuh

b. tempat pembentukan sel-sel darah

c. melindungi organ-organ dalam

d. tempat melekatnya otot

Pembagian tulang berdasarkan zat penyusunnya.

a. tulang rawan : zat penyusunnya banyak mengandung zat perekat tetapi sedikit zat kapur dan zat fosfor

b. tulang keras : zat penyusunnya banyak mengandung zat kapur dan zat fosfor tetapi sedikit zat perekat

Pembagian tulang berdasarkan bentuk dan ukurannya.

a. tulang panjang : contoh tl.paha, tl. lengan atas, tl. kering, tl. hasta, dll.

b. tulang pendek : contoh tl. pergelangan tangan, tl. telapak tangan

c. tulang pipih : contoh tl. kepala, tl. Belikat

d. tulang tidak beraturan : contoh tl. Ruas tulang belakang, tl.pipi

Pembagian tulang berdasarkan letak.

a. tulang pembentuk tengkorak

b. tulang tembentuk badan

c. tulang pembentuk anggota gerak atas dan bawah

3. Prinsip : -

4. Prosedur : -

E. Pendekatan / strategi / metode pembelajaran

1. Pendekatan : Saintifik

2. Metode : Pembelajaran konvensional

3. Model : -

F. Media, alat, dan sumber pembelajaran

1. Media : -

2.

Alat dan Bahan

- Alat tulis

3. Sumber Belajar

- Buku IPA SMP / MTs kelas VIII, Puskurbuk edisi revisi 2014, Kemdikbud.

- Lembar Diskusi Siswa (LDS)

- Ringkasan materi dari berbagai sumber

G. Kegiatan pembelajaran

Kegiatan

Deskripsi Kegiatan Guru

Komponen Saintifik

Alokasi Waktu

Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan membaca salam dan dilanjutkan dengan berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masing – masing.

2. Guru memeriksa kesiapan serta kehadiran siswa.

3. Guru memberikan apersepsi siswa “Sebutkan apa saja ciri-ciri makhluk hidup ! ciri makhluk hidup salah satunya bergerak. Tahukah ananda organ apa saja yang membangun tubuh kita sehingga tubuh kita dapat bergerak ? Gerak disebabkan karena adanya rangka, sendi dan otot.

4. Memotivasi siswa dengan menyampaikan bahwa mempelajari sistem gerak sangat penting sehingga siswa dapat mengetahui bagaimana manusia dapat melakukan aktivitas sehingga mensyukuri ciptaan Allah.

5. Guru menyampaikan judul dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.

15 menit

Inti

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dimana tiap – tiap kelompok terdiri dari 4/5 orang.

2. Guru membagikan LDS yang memuat gambar.

3. Guru meminta setiap siswa mengamati gambar yang terdapat dalam LDS.

4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum paham setelah mengamati gambar dan meminta setiap siswa untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang terdapat dalam LDS secara individu.

5. Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan tugasnya.

6. Guru meminta setiap siswa untuk menyatukan hasil jawaban mereka dalam kelompoknya dan bersama-sama mencari informasi tambahan dari sumber yang ada.

7. Guru meminta siswa dalam kelompoknya untuk mendiskusikan hasil diskusi tentang materi yang dipelajari.

8. Guru membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya dengan menunjuk beberapa kelompok.

9. Guru memberikan penguatan / mempertegas jawaban siswa.

Mengamati

Menanya

Mengumpulkan informasi

Mengolah informasi

Mengkomunika-sikan

90 menit

Penutup

1. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.

2. Guru mengadakan kuis untuk mengecek pemahaman siswa.

3. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya tentang sendi.

4. Guru menutup pelajaran dengan membimbing siswa untuk membaca Hamdalah sebagai syukur kepada Allah SWT.

15 menit

H. Penilaian

1. Jenis dan bentuk instrumen

Jenis

Bentuk Instrumen

Tes Tertulis

Tes Tertulis

Sikap

Lembar pengamatan sikap

Keterampilan

Lembar pengamatan keterampilan dan rubrik

2. Contoh instrumen

a. Instrumen soal pengetahuan

Soal uraian

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan tepat !

1. Tuliskanlah fungsi sistem rangka pada manusia !

2. Tuliskan bagian-bagian dari struktur tulang !

3. Jelaskan pembagian tulang berdasarkan zat penyusunnya !

4. Jelaskan pembagian tulang berdasarkan bentuk dan ukuran !

5.

Jelaskan pembagian tulang berdasarkan letak !

Kunci

No. Soal

Jawaban

Aspek

Bobot

1.

Fungsi sistem rangka :

1. Memberikan bentuk tubuh

2. Melindungi organ-organ dalam

3. Tempat menempelnya otot

4. Tempat dibentuknya sel darah

5. Sebagai alat gerak pasif

C1

20

2.

Bagian struktur tulang :

1. Periosteum

2. Tulang kompak

3. Tulang spons

4. Rongga sum-sum tulang

5. Tulang rawan

C2

20

3.

Pembagian tulang berdasarkan zat penyusunnya :

1.Tulang rawan : banyak mengandung zat perekat

2.Tulang keras : banyak mengandung zat kapur dan fosfor

C2

20

4.

Nama tulang penyusun rangka berdasarkan letak :

1. tulang pembentuk tengkorak

- Tulang tengkorak : letak di kepala

- Tulang pipi : letak pada wajah

2. tulang pembentuk badan

- Tulang rusuk : letak pada dada

- Tulang selangka : letak pada bahu

- Tulang pinggul : letak pada pinggul

3.

tulang pembentuk anggota gerak

- Tulang hasta : letak di lengan tangan bagian bawah

- Tulang paha : letak pada tulang kaki bagian atas

- Tulang ruas jari : letak pada bagian jari

- Tulang telapak kaki : letak pada telapak kaki

- Tulang betis : letak pada kaki bagian bawah

C2

20

5.

Nama tulang berdasarkan bentuk dan ukuran:

1. Tulang pipih : contoh tulang tengkorak, tulang belikat

2. Tulang panjang : contoh tulang paha, lengan atas, betis

3. Tulang pendek : telapak kaki, tepalak tangan, pergelangan tangan

4. Tulang tidak beraturan : tulang wajah

C2

20

Observer,

( )

Peneliti,

MUSDAR, S.Pd.M.Pd

NIP. 197312122005011008

Lampiran 3. Kisi – kisi Soal Tes Akhir

KISI-KISI SOAL TES AKHIR

Sekolah : SMP N1 Batang Kapas

Mata Pelajaran : IPA

Jumlah Soal : 32 butir

Kompetensi Inti :

KI 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

KI 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan , mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang /teori.

Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian

Indikator Soal

Nomor Soal

Aspek Kognitif

3.4. Mendeskripsi-kan struktur rangka dan otot manusia, serta fungsinya pada berbagai kondisi

1. Menjelaskan fungsi sistem rangka pada manusia.

2. Mendeskripsikan struktur tulang pada manusia.

3. Menjelaskan pembagian tulang berdasarkan zat penyusunnya.

4. Menjelaskan pembagian tulang berdasarkan letak

5. Menjelaskan pembagian tulang berdasarkan bentuk dan ukuran.

6. Menjelaskan pengertian sendi.

7. Menjelaskan 3 macam hubungan antar tulang.

8. Mengidentifikasi berbagai macam sendi gerak berdasarkan sifat geraknya.

9. Menjelaskan fungsi otot bagi manusia.

10. Menjelaskan tiga jenis jaringan otot pada manusia.

11. Menjelaskan cara kerja otot

12. Mengidentifikasi kelainan / penyakit yang terjadi pada sistem gerak manusia

1. Siswa dapat menjelaskan perbedaan alat gerak aktif dan alat gerak pasif.

2. Siswa dapat menjelaskan fungsi rangka.

3. Siswa dapat menganalisa dan menyebutkan bagian struktur tulang

4. Siswa dapat menyebutkan dan menganalisa pembagian tulang berdasarkan zat penyusunnya.

5. Siswa dapat mengkategorikan pembagian tulang berdasarkan letak.

6. Siswa dapat menyebutkan pembagian tulang berdasarkan bentuk dan ukuran.

7. Siswa dapat menjelaskan pengertian sendi.

8. Siswa dapat menjelaskan dan menyebutkan 3 macam hubungan antar tulang.

9. Siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan 5 macam sendi gerak (diartrosis) berdasarkan sifat geraknya.

10. Siswa dapat menjelaskan dan mengkategorikan fungsi otot pada manusia

11. Siswa dapat menyebutkan, menjelaskan dan menentukan perbedaan tiga jenis jaringan otot pada manusia.

12. Siswa dapat menjelaskan cara kerja otot.

13. Siswa dapat mengidentifikasi contoh penyakit dan kelainan pada tulang.

1

2

3, 4

5,6,7

8

9, 10, 11

12

13, 14, 15

16, 17, 18, 19

20, 21

22, 23, 24, 25, 26

27, 28, 29

30, 31, 32

C2

C2

C4,C1

C1,C1,C4

C5

C1,C1,C1

C2

C2,C2,C1

C1,C2,C1, C1

C1,C5

C3,C2,C2,C1,C1

C1,C1,C1

C1,C1,C1

Lampiran 4. Soal Tes Akhir

SOAL TES AKHIR

Nama Sekolah : SMP N 1 Batang Kapas

Mata Pelajaran : IPA

Kelas / Semester : VIII / I

Alokasi Waktu : 80 menit

Petunjuk :

baca basmalah dan berdo’a sebelum dimulai tulis nama dan kelas pada lembar jawaban baca soal dengan teliti kerjakan soal yang dianggap lebih mudah terlebih dahulu

Pilihlah salah satu jawaban berikut ini yang dianggap benar !

1. Pernyataan di bawah ini yang merupakan tulang sebagai alat gerak pasif adalah . . . .

a. tulang dapat menggerakkan otot

b. tulang tidak dapat bergerak tanpa bantuan otot

c. tulang dapat berkontraksi

d. tulang dapat berelaksasi

2. Sekumpulan tulang – tulang yang menyusun tubuh manusia membentuk rangka. Fungsi rangka pada manusia adalah . . . .

a. menegakkan dan memberi bentuk tubuh c. tempat melekatnya pembuluh darah

b. rangka dapat berkontraksi dan berelaksasi d. sebagai alat gerak aktif

3. Salah satu bagian penyusun tulang yang mengandung sel-sel tulang, pembuluh darah, zat kapur dan fosfor, serta serabut elastin adalah . . . .

a. kartilago c. tulang kompak

b. periosteum d. sumsum merah tulang

4.

Nomor yang menunjukkan bagian pembuluh

darah adalah . . . .

a. 2 c. 4

b. 3 d. 5

5. Salah satu contoh tulang rawan yang tidak tumbuh menjadi tulang keras adalah . . . .

a. tulang dada c. daun telinga

b. tulang rusuk melayang d. ujung-ujung ruas jari

6. Menurut zat penyusunnya, tulang pada manusia dibagi menjadi 2 macam adalah . . . .

a. tulang panjang dan tulang pendek c. tulang pipa dan tulang pipih

b. tulang aktif dan tulang pasif d. tulang keras dan tulang rawan

7. Patah tulang pada anak-anak lebih mudah disembuhkan daripada patah tulang pada orang dewasa, alasannya adalah . . . .

a. tulang pada anak lebih banyak mengandung zat kapur

b. tulang pada anak lebih banyak mengandung zat perekat

c. tulang pada orang dewasa lebih banyak mengandung zat perekat

d. tulang pada orang dewasa lebih banyak mengandung zat fosfor

8. Berikut ini merupakan tulang penyusun rangka pada manusia :

1. tulang lengan

2. tulang pengumpil

3. tulang hasta

4. tulang pergelangan tangan

5. tulang telapak tangan

Tulang – tulang di atas merupakan tulang pembentuk . . . .

a. tengkorak

b. badan

c. anggota gerak atas

d. anggota gerak bawah

9.

Gambar yang menunjukkan tulang pipa adalah . . . .

a.

c.

b.

d.

10. Kelompok tulang pipih di bawah ini adalah . . . .

a. tulang lengan atas, tulang selangka dan ruas-ruas jari

b. tulang belakang, tulang paha dan ruas-ruas jari

c. tulang belakang dan tulang pergelangan kaki

d. tulang tengkorak, tulang belikat dan tulang dada

11. Tengkorak adalah tulang – tulang pembentuk kepala. Bentuk tulang tengkorak pada manusia adalah . . . .

a. tulang tidak beraturan c. tulang pendek

b. tulang pipa d. tulang pipih

12. Sistem gerak pada manusia merupakan kerjasama antara rangka, otot dan sendi. sendi adalah . . . .

a. Hubungan antar tulang c. memberi bentuk tubuh

b. menghubungan antar otot d. tempat pembentukan sel darah

13. Pernyataan di bawah ini yang dimaksud dengan sendi mati adalah . . . .

a. hubungan antar tulang yang memungkinkan gerak bebas

b. hubungan antar tulang yang memungkinkan tidak ada gerakan

c. hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan terbatas

d. hubungan antar tulang yang memungkinkan gerak bebas hampir ke segala arah

14. Hubungan antar tulang pada manusia dibedakan menjadi tiga yaitu sendi mati, sendi kaku dan sendi gerak. Sendi kaku maksudnya adalah . . . .

a. persendian yang tidak dapat digerakkan

b. persendian memungkinkan gerak dua arah

c. persendian yang memungkinkan terjadinya sedikit gerakan

d. persendian yang memungkinkan gerakan lebih bebas

15. Pernyataan di bawah ini yang termasuk contoh sendi gerak adalah . . . .

a. sendi mati (sinartrosis) c. sendi kaku ( amfiartrosis)

b. sendi engsel d. sendi gerak ( diartrosis)

16.

Berdasarkan gambar , nomor 1 memungkinkan

arah gerakannya adalah . . . .

a. satu arah c. dua arah

b. segala arah d. memutar pada porosnya

17. Pernyataan berikut yang merupakan sendi engsel adalah . . . .

a. persendian memungkinkan gerak ke segala arah, contoh tulang lengan atas dengan gelang bahu

b. persendian memungkinkan gerakan satu arah, contoh pada siku dan lutut

c. persendian memungkinkan gerakan satu arah, contoh pada ruas-ruas tulang belakang

d. persendian memungkinkan gerak ke dua arah, contoh antar tulang ibu jari

18. Berikut sendi yang dapat ditemukan di bagian lengan adalah . . . .

a. sendi peluru, putar dan geser

b. sendi pelana, engsel dan peluru

c. sendi putar, geser dan engsel

d. sendi pelana, peluru dan putar

19.

Perhatikan gambar di bawah ini!

Berdasarkan gambar di samping, bagian nomor yang menunjukkan sendi peluru dan sendi engsel adalah . . . .

a. 1 dan 2

b. 2 dan 3

c. 3 dan 2

d. 1 dan 4

20. Kemampuan otot berkontraksi dan berelaksasi menyebabkan manusia dapat bergerak. Fungsi dari otot adalah . . . .

a. sebagai alat gerak pasif c. tempat pembentukan sumsum tulang

b. sebagai alat gerak aktif d. menempel pada tulang

21. Berikut ini adalah ciri-ciri otot :

1. ditemukan pada otot saluran pencernaan

2. disebut otot tak sadar

3. mempunyai satu inti sel di tengah

4. disebut otot sadar

Nomor yang menunjukkan ciri-ciri otot polos adalah . . . .

a. 1 , 2 dan 3 c. 2, 3 dan 4

b. 1, 2 dan 4 d. 1, 3 dan 4

22. Tabel .Perbedaan otot polos, otot jantung dan otot lurik ditinjau dari aktivitasnya

No.

Otot polos

Otot jantung

Otot lurik

1.

2.

3.

4.

Bekerja secara sadar

Bekerja secara tidak sadar

Bekerja secara sadar

Bekerja secara tidak sadar

Bekerja secara sadar

Bekerja secara sadar

Bekerja secara tidak sadar

Bekerja secara tidak sadar

Bekerja secara tak sadar

Bekerja secara sadar

Bekerja secara tidak sadar

Bekerja secara sadar

Berdasarkan pernyataan di atas, perbedaan antara otot polos, jantung dan lurik dengan benar adalah . . . .

a. 1 c. 3

b. 2 d. 4

23. Berdasarkan sifat kerjanya, beda otot lurik dan otot jantung adalah . . . .

a. otot lurik bekerja secara cepat, sedangkan otot jantung bekerja secara lambat

b. otot lurik dan otot jantung sama-sama bekerja dengan cepat

c. otot lurik dan otot jantung sama-sama bekerja dengan lambat

d. otot lurik bekerja secara lambat, sedangkan otot jantung bekerja secara cepat

24. Otot jantung disebut otot istimewa, alasannya adalah . . . .

a. otot jantung memiliki struktur seperti otot polos, tetapi bekerja seperti otot lurik

b. otot jantung secara struktur dan kerjanya mirip otot lurik

c. otot jantung memiliki struktur seperti otot lurik, tetapi bekerja seperti otot polos

d. otot jantung secara struktur dan kerjanya mirip otot polos

25. Gambar di bawah ini yang merupakan otot lurik adalah . . . .

D

26. Gambar di bawah ini yang merupakan otot jantung adalah . . . .

D

27.

Perhatikan gambar otot dan rangka pada lengan atas berikut !

Bagian yang ditunjukkan oleh nomor 3 adalah . . . .

a. otot bisep c.origo

b. otot trisep d.tendon

28. Contoh otot yang bekerja secara antagonis adalah . . . .

a. otot bisep dan trisep c. otot pipi kiri dan pipi kanan

b. otot bisep dan otot paha d. otot trisep dan otot lengan bawah

29. Contoh gerakan otot yang bekerja secara sinergis adalah . . . .

a. scotch jump c. membalikkan telapak tangan

b. melangkahkan kaki d. mengangkat dan mendorong

30. Perhatikan gambar di bawah ini !

jika sikap duduk kita salah terus menerus, dapat mengakibatkan gangguan pada kelainan tulang belakang seperti pada gambar. Kelainan pada tulang belakang berdasarkan gambar adalah . . . .

c.

a. lordosis c. kifosis

b. skoliosis d. rakitis

31. Gangguan pada tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh atau patah adalah . . . .

a. osteoporosis c. skoliosis

b. nekrosis d. lordosis

32. Arthritis merupakan peradangan yang terjadi pada . . . .

a. tulang c. sendi

b. otot d. rangka

#SELAMAT BEKERJA#

Lampiran 6. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal

NO

BA

BB

P

KRITERIA K

D

KRITERIA D

KETERANGAN

1

8

7

0,94

Mudah

0,13

Jelek

Buang

2

7

5

0,75

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

3

8

7

0,94

Mudah

0,13

Jelek

Buang

4

8

6

0,88

Mudah

0,25

Cukup

Revisi

5

8

7

0,94

Mudah

0,13

Jelek

Buang

6

7

5

0,75

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

7

5

6

0,69

Sedang

- 0,13

Jelek

Buang

8

8

5

0,81

Mudah

0,38

Cukup

Buang

9

6

2

0,5

Sedang

0,5

Baik

Pakai

10

7

5

0,75

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

11

5

3

0,5

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

12

2

1

0,19

Sukar

0,13

Jelek

Buang

13

4

2

0,38

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

14

3

2

0,31

Sedang

0,13

Jelek

Buang

15

6

7

0,81

Mudah

- 0,13

Jelek

Buang

16

4

3

0,44

Sedang

0,13

Jelek

Revisi

17

7

6

0,81

Mudah

0,13

Jelek

Buang

18

7

5

0,75

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

19

6

2

0,5

Sedang

0,5

Baik

Pakai

20

4

3

0,44

Sedang

0,13

Jelek

Buang

21

7

3

0,63

Sedang

0,5

Baik

Pakai

22

7

3

0,63

Sedang

0,5

Baik

Pakai

23

1

2

0,19

Sukar

- 0,13

Jelek

Buang

24

4

2

0,38

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

25

7

0

0,44

Sedang

0,88

Baik

Pakai

26

4

3

0,44

Sedang

0,13

Jelek

Buang

27

6

2

0,5

Sedang

0,5

Baik

Pakai

28

5

4

0,56

Sedang

0,13

Jelek

Buang

29

6

2

0,5

Sedang

0,5

Baik

Pakai

30

7

3

0,63

Sedang

0,5

Baik

Pakai

31

5

2

0,44

Sedang

0,38

Cukup

Pakai

32

8

6

0,88

Mudah

0,25

Cukup

Buang

33

4

1

0,31

Sedang

0,38

Cukup

Pakai

34

7

5

0,75

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

35

3

1

0,25

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

36

5

3

0,5

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

37

5

0

0,31

Sedang

0,63

Baik

Pakai

38

3

1

0,25

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

39

6

2

0,5

Sedang

0,5

Baik

Pakai

40

7

4

0,69

Sedang

0,38

Cukup

Pakai

41

7

7

0,88

Mudah

0

Jelek

Buang

42

6

1

0,44

Sedang

0,63

Baik

Pakai

43

6

4

0,63

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

44

6

1

0,44

Sedang

0,63

Baik

Pakai

45

5

1

0,38

Sedang

0,5

Baik

Pakai

46

1

0

0,06

Sukar

0,13

Jelek

Buang

47

4

4

0,5

Sedang

0

Jelek

Buang

48

7

3

0,63

Sedang

0,5

Baik

Pakai

49

3

1

0,25

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

50

1

1

0,13

Sukar

0

Jelek

Buang

Lampiran 7. Validitas Soal Uji Coba

NO

X

Y

x

y

x2

y2

x. y

1

43

24

8,87

3,87

78,68

14,98

34,33

2

41

23

6,87

2,87

47,20

8,24

19,72

3

40

23

5,87

2,87

34,46

8,24

16,85

4

35

20

0,87

- 0,13

0,76

0,02

- 0,11

5

33

20

- 1,13

- 0,13

1,28

0,02

0,15

6

28

19

- 6,13

- 1,13

37,58

1,28

6,93

7

28

17

- 6,13

- 3,13

37,58

9,80

19,19

8

25

15

- 9,13

- 5,13

83,36

26,32

46,84

273

161

320,9

68,9

143,9

Karena rxy = 0, 97 maka validitas soal sangat tinggi.

Lampiran 8. Reliabilitas Soal Uji Coba

NO

Xi

Fi

Xi2

Fi . Xi

(Fi . Xi)2

1

43

1

1849

43

1849

2

41

1

1681

41

1681

3

40

1

1600

40

1600

4

35

1

1225

35

1225

5

33

1

1089

33

1089

6

28

2

784

56

3136

7

25

1

625

25

625

8

24

1

576

24

576

9

23

2

529

46

2116

10

20

2

400

40

1600

11

19

1

361

19

361

12

17

1

289

17

289

13

15

1

225

15

225

16

11233

434

16372

Karena r11 = 0, 98 maka reliabilitas soal sangat tinggi.

Lampiran 9. Rekapitulasi Nilai Tes Akhir

No

KELAS EKSPERIMEN

KELAS KONTROL

Siswa

Skor

Nilai

Ket

Siswa

Skor

Nilai

Ket

1

Putri Wulandari

30

93,75

Tuntas

Nisa Marlina

26

81,25

Tuntas

2

Reni Aprilia

29

90,63

Tuntas

Elsia Sahara

26

81,25

Tuntas

3

Defi Gita

28

87,50

Tuntas

Adi Syahputra

25

78,13

Tuntas

4

Nova Wulan Sari

28

87,50

Tuntas

Fiki Ananda

25

78,13

Tuntas

5

Al Fajri

27

84,38

Tuntas

Agus Triono

25

78,13

Tuntas

6

Lisa Afriani

27

84,38

Tuntas

Kris Arianto

23

71,88

-

7

Iqbal Fadila

27

84,38

Tuntas

Febrizal Hendra

22

68,75

-

8

Nur Adi Febryan

26

81,25

Tuntas

Tania Dwi Agustin

22

68,75

-

9

Mulia Ratih P

26

81,25

Tuntas

Mardiah

22

68,75

-

10

Aldi Mariski

25

78,13

Tuntas

Triono

21

65,63

-

11

Rezi Harjumanto

25

78,13

Tuntas

Yasriwaldi

21

65,63

-

12

Elsa Rahmadani

24

75,00

Tuntas

Jami Syahputra

20

62,50

-

13

Wahyu Kurniawan

24

75,00

Tuntas

Ilhamdi Taufik

19

59,38

-

14

Irza Nanda Putra

21

65,63

-

Susanti

18

56,25

-

15

Ika Wahyuti

20

62,50

-

Sofiana

16

50,00

-

16

Rivaldo Eka Putra

20

62,50

-

Afri Naldi

12

37,50

-

17

Deni Erita

20

62,50

-

18

Yunita Syafrianti

19

59,38

-

19

Rido Kurnia

18

56,25

-

20

Fahri Rozak

17

53,13

-

1503,17

1071,91

Rata - rata

75,16

Rata - rata

66,99

Jumlah Siswa Tuntas

13

Jmlh Siswa Tuntas

5

Persentase Ketuntasan

65%

Persentase Ketuntasan

31,25%

Lampiran 10. Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Xi

Fi

Xi . Fi

Zi

Fi (Zi)

Fk

S ( Zi )

Fi (Zi) - S (Zi)

53,13

1

53,13

-22,03

485,32

485,32

- 1,78

0,03754

1

0,05

- 0,01246

56,25

1

56,25

-18,91

357,59

357,59

- 1,53

0,06301

2

0,10

- 0,03699

59,38

1

59,38

-15,78

249,01

249,01

- 1,28

0,10027

3

0,15

- 0,04973

62,50

3

187,50

-12,66

160,28

480,84

- 1,03

0,15151

6

0,30

- 0,14849

65,63

1

65,63

-9,53

90,82

90,82

- 0,77

0,22065

7

0,35

- 0,12935

75,00

2

150,00

-0,16

0,03

0,06

- 0,01

0,49601

9

0,45

0,04601

78,13

2

156,26

2,97

8,82

17,64

0,24

0,59483

11

0,55

0,04483

81,25

2

162,50

6,09

37,09

74,18

0,49

0,68793

13

0,65

0,03793

84,38

3

253,14

9,22

85,01

255,03

0,75

0,77337

16

0,80

- 0,02663

87,50

2

175,00

12,34

152,28

304,56

1,00

0,84134

18

0,90

- 0,05866

90,63

1

90,63

15,47

239,32

239,32

1,25

0,89435

19

0,95

- 0,05565

93,75

1

93,75

18,59

345,59

345,59

1,51

0,93448

20

1,00

- 0,06552

20

1503,17

-14,39

2211,16

2899,96

L0 = 0,04601

Ltabel untuk n = 20 pada taraf nyata α = 0.05 adalah 0.190 sedangkan Lo = 0,04601 berarti Lo < Lt , dengan demikian data berdistribusi normal.

Lampiran 11. Uji Normalitas Kelas Kontrol

Xi

Fi

Xi . Fi

Zi

Fi (Zi)

Fk

S ( Zi )

Fi (Zi) - S (Zi)

37,50

1

37,50

- 29,49

869,66

869,66

- 2,45

0,00714

1

0,06

- 0,05286

50,00

1

50,00

- 16,99

288,66

288,66

- 1,41

0,07927

2

0,13

- 0,05073

56,25

1

56,25

- 10,74

115,35

115,35

- 0,89

0,18673

3

0,19

- 0,00327

59,38

1

59,38

- 7,61

57,91

57,91

- 0,63

0,26435

4

0,25

0,01435

62,50

1

62,50

- 4,49

20,16

20,16

- 0,37

0,35569

5

0,31

0,04569

65,63

2

131,26

- 1,36

1,85

3,70

- 0,11

0,45620

7

0,44

0,01620

68,75

3

206,25

1,76

3,10

9,30

0,15

0,55962

10

0,63

- 0,07038

71,88

1

71,88

4,89

23,91

23,91

0,41

0,65910

11

0,69

- 0,03090

78,13

3

234,39

11,14

124,10

372,30

0,93

0,82381

14

0,88

- 0,05619

81,25

2

162,50

14,26

203,35

406,70

1,19

0,88290

16

1,00

- 0,11710

16

1071,9

-1708,05

2167,65

L0 = 0,04569

Ltabel untuk n = 16 pada taraf nyata α = 0.05 adalah 0.213 sedangkan Lo = 0,04569 berarti Lo < Lt , dengan demikian data berdistribusi normal.

Lampiran 12. Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas

N

S2

S

Eksperimen

20

75, 16

152,63

12, 35

Kontrol

16

66, 99

144,51

12, 02

Fhitung

dk Pembilang = N1 Pembilang - 1 = 20 – 1 = 19

dk Penyebut = N2 Penyebut - 1 = 16 – 1 = 15

Ftabel = F (0,05) (19,15)

Jadi Dk (19,15) Ftabel pada taraf nyata α = 0,05 adalah 2, 33, sedangkan

Fhitung = 1,06. Karena Fhitung < Ftabel , maka kedua sampel homogen.

Lampiran 13. Uji Hipotesis

Kelas VIII1 Kelas VIII2

S1 = 12, 35 S2 = 12, 02

S12 = 152, 63 S22 = 144, 51

n = 20 n = 16

= 75, 16 = 66, 99

thitung =

dk = n1 + n2 - 2

= 20 + 16 – 2

= 34

Peluang = 1 – α

= 1 – 0,05 = 0, 95

Pada taraf nyata 0, 05 didapat ttabel = 1,70 . Sedangkan thitung = 2, 03. ttabel < thitung , maka hipotesis diterima ( H0 ditolak, H1 diterima).

Lampiran 14. Tabulasi Data Analisis Penilaian Sikap Siswa

TABULASI DATA ANALISIS PENILAIAN SIKAP SISWA KELAS EKSPERIMEN

No

Nama Siswa

Pertemuan I

Pertemuan II

Pertemuan III

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Al Fajri

1

1

1

0

1

1

0

0

1

0

1

0

2

Aldi Mariski

1

1

1

0

1

0

1

1

1

1

0

1

3

Defi Gita

1

0

1

1

1

1

0

0

1

1

1

0

4

Deni Erita

0

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

5

Elsa Rahmadani

1

1

0

1

1

0

1

1

1

1

1

1

6

Fahri Rozak

0

0

0

1

1

1

1

0

0

0

1

1

7

Ika Wahyuti

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

8

iqbal Fadilah

1

0

0

1

0

0

1

1

1

1

1

1

9

Irza Nanda Putra

0

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

1

10

Lisa Apriani

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

11

Mulia Ratih Purnama

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

12

Nova Wulan Sari

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

13

Nur Adi Febryan

1

1

1

0

1

1

1

0

1

1

1

1

14

Putri Wulandari

0

1

1

1

1

0

0

1

1

1

1

0

15

Reni Aprilia

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

1

1

16

Rezi Harjumanto

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

17

Rido Kurnia

0

0

0

1

1

1

1

1

1

1

1

1

18

Rivaldo Eka Putra

1

0

0

0

0

1

1

1

1

1

1

1

19

Wahyu Kurniawan

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

20

Yunita Syafrianti

1

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

1

Jumlah

15

15

14

14

18

16

17

16

19

18

19

17

Persentase

75

75

70

70

90

80

85

80

95

90

95

85

TABULASI DATA ANALISIS PENILAIAN SIKAP SISWA KELAS KONTROL

No

Nama Siswa

Pertemuan I

Pertemuan II

Pertemuan III

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Adi Syaputra

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

Agus Triono

1

0

0

0

1

1

1

1

0

1

1

1

3

Afri Naldi

1

1

1

1

1

0

1

1

1

1

1

1

4

Elsia Sahara

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

5

Ilhamdi Taufik

1

1

0

1

1

1

1

0

1

0

1

1

6

Jami Syaputra

1

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

0

7

Kris Arianto

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

8

Febrizal Hendra

0

1

1

1

1

1

0

1

0

1

1

1

9

Mardiah

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

1

0

10

Nisa Marlina

1

1

1

1

1

1

1

0

1

0

1

1

11

Fiki Ananda

1

1

0

1

1

1

0

1

1

1

1

1

12

Soviana

1

0

1

1

1

0

0

1

1

1

1

0

13

Susanti

0

0

1

1

0

1

1

1

1

0

1

1

14

Tania Dwi Agustin

0

0

0

1

1

1

0

0

1

1

1

0

15

Triono

0

1

1

0

0

0

1

1

1

1

0

1

16

Yasri Waldi

0

1

0

0

1

1

1

1

1

0

1

1

Jumlah

11

12

10

12

14

13

12

13

14

12

14

11

Nilai

68,75

75

62,5

75

87,5

81,25

75

81,25

87,5

75

87,5

68,75

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum penelitian dilakukan di kelas VIII sebagian besar siswa belum menguasai materi sistem gerak. Hal ini dapat diketahui dari tes diagnostis awal yang peneliti lakukan sebelum pembelajaran pada materi tersebut dilakukan dimana hanya ada 3 orang siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sedangkan 17 siswa lainnya memperoleh nilai dibawah KKM.

Tabel 4.1 Jumlah siswa yang menguasai konsep diatas KKM dan di bawah KKM

Kriteria

Jumlah Siswa

% siswa

Di atas KKM

3

15 %

Di bawah KKM

17

85 %

Perolehan hasil tes diagnostis secara rata-rata juga masih sangat rendah. Nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah 35, dengan nilai rata-rata 52. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Table 4.2 Skor tes dan persentase penguasaan konsep

Kriteria

Skor

% penguasaan konsep

Tertinggi

80

80 %

Terendah

35

35 %

Rata-rata

52

52 %

Untuk melihat materi pokok apa saja yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai siswa, berikut di perlihatkan penguasaan konsep berdasarkan materi pokok yang diujikan.

Table 4.3 Persentase penguasaan konsep masing-masing materi pokok (rata-rata 58,95 %)

Materi

% penguasaan konsep

Ket

Tulang penyusun rangka tubuh

56,75 %

Dibawah rata-rata

Macam-macam tulang

62,35 %

Diatas rata-rata

Persendian

52,3 %

Terendah

Macam-macam otot

64,4 %

Tertinggi

Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa materi konsep Tulang penyusun rangka tubuh dikuasai siswa dibawah rata-rata yaitu sebesar 56,75 %. Materi macam-macam tulang di kuasai siswa diatas rata-rata yaitu sebesar 62,35 %, materi persendian terendah yaitu sebesar 52,3 %, sedangkan materi macam-macam otot dikuasai siswa tertinggi sebesar 64,4 %. Banyaknya materi yang memiliki persentase penguasaan dibawah rata-rata semakin memperkuat fakta bahwa masih banyak siswa yang belum menguasai konsep IPA.

2. Deskripsi Hasil Belajar Siklus I

Perencanaan

Kegiatan yang peneliti lakukan dalam tahap perencanaan adalah

1) Observasi : melakukan pengamatan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di dalam kelas dan menganalisis hasil tes diagnostik tentang materi sistem gerak pada manusia.

2) Analisis permasalahan. Analisis masalah dilakukan berdasarkan pengamatan masalah yang muncul dari kegiatan observasi

3) Menentukan tindakan / alternatif pemecahan masalah. Penulis menentukan alternatif pemecahan masalah dari kajian beberapa sumber kepustakaan. Tindakan yang dipilih adalah menerapkan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray disertai peta konsep.

4) Menyusun perangkat pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk materi sistem gerak pada manusia.

5) Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung berupa charta peta konsep dan LDS.

6) Mempersiapkan instrument (tes).

7) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan. Sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas VIII.1 peneliti melakukan simulasi di kelas VIII.2

Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilakukan pada hari senin tanggal 20 September 2015 dari pukul 08.50 – 10.10 Wib di Kelas VIII. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rancangan RPP yang telah disusun. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah :

1. Pembagian kelompok.

2. Menampilkan konsep – konsep dari materi pelajaran dengan peta konsep secara umum

3. Membagikan LDS dan mengamati gambar.

4. Berdiskusi dalam kelompok

5. Membimbing kelompok belajar.

6. Pembagian tugas ( 2 siswa ditugaskan menjadi tamu dan 2 siswa lagi ditugaskan menjadi penerima tamu).

7. Siswa tamu kembali ke kelompok semula setelah menyelesai-kan tugasnya dan mendiskusi-kan hasil temuannya dengan kelompok semula.

8. mempresen-tasikan hasil diskusi .

Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan pembelajaran. Adapun kegiatan diamati adalah :

1. Aktivitas siswa yang berkaitan dengan berapa persen siswa yang aktif pada tahap mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomukasikan

2. Hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes hasil belajar untuk materi sistem gerak pada manusia

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua instrument yaitu:

1) Tes, digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar.

2) Lembar Observasi, digunakan untuk mengamati proses pembelajaran

Tabel 4.4 Aktifitas Siswa Siklus 1

No

Kegiatan

Jumlah siswa aktif

Persentase

1

Mengamati

5

25 %

2

Menanya

8

40 %

3

Mengumpulkan Informasi

7

35 %

4

Mengolah Informasi

4

20 %

5

Mengkomunikasikan

3

15 %

Data pada tabel diatas memperlihatkan pada kegiatan mengamati siswa aktif hanya 5 orang dengan persentase 25%. Pada kegiatan menanya 8 siswa aktif dengan persentase 40 %. Pada kegiatan mengumpulkan informasi siswa aktif 7 orang dengan persentase 35%, pada kegiatan mengolah informasi siswa aktif 20% Sedangkan untuk kegiatan mengkomunikasikan siswa aktif hanya 3 orang dengan persentase 15%.

Tabel 4.5 Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Siswa Siklus 1

No

Skor

Frekuensi

Keterangan

1

0 – 10

2

11 – 20

3

21 – 30

4

31 – 40

1

5

41 – 50

2

6

51 – 60

7

7

61 – 70

3

8

71 – 80

3

9

81 – 90

3

10

91 – 100

KKM

80

Nilai terendah

37

Nilai Tertinggi

90

tuntas

4 Orang

belum tuntas

16 Orang

Rata-rata kelas

64,1

Data diatas menunjukkan masih banyak siswa kelas VIII yang nilai hasil belajarnya dibawah KKM yaitu sebanyak 16 orang siswa atau 80 %. Nilai terendah yang dicapai siswa adalah 37 dan nilai tertinggi adalah 90. Nilai rata-rata kelas 64,1. Persentase ketuntasan siswa secara klasikal baru 20 % dengan kategori tidak baik.

d. Refleksi

Kendala dan masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I :

1) Siswa masih kurang aktif dalam menanya

2) Siswa masih belum terbiasa dalam pembelajaran metode kooperatif two stay two stray disertai peta konsep

3) Siswa masih perlu bimbingan guru pada tahap mengumpulkan informasi dan tahap bertanya

4) Tahap mengkomunikasikan yang bersifat kompleks masih belum mampu di jelaskan siswa didepan kelas.

Karena masih rendahnya persentase ketuntasan siswa, masih rendahnya rata-rata nilai secara klasikal dan beberapa kendala yang masih muncul selama pembelajaran siklus I maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian ke siklus II.

3. Deskripsi Hasil Belajar Siklus II

Perencanaan

Agar hasil belajar siklus II semakin meningkat, peneliti berupaya mengatasi kendala yang muncul pada kegiatan siklus I yaitu :

1) Siswa yang kurang aktif dalam menanya di atasi dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum aktif untuk mengemukakan ide dan gagasannya.

2) Belum terbiasanya siswa dengan metode two stay two stray penulis atasi dengan menjelaskan lebih rincinya metode two stay two stray disertai peta konsep .

3) Pada tahap mengumpulkan informasi, guru membimbing siswa untuk menemukan sendiri konsepnya melalui berbagai sumber

4) Dalam mengkomunikasikan informasi, peneliti menggunakan metode demontrasi agar siswa juga bisa mengkomunikasikan informasi.

Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilakukan pada hari Rabu tanggal 22 September 2015 dari pukul 10.30 - 11.50 Wib. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rancangan RPP yang telah disusun. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah :

1) Mengamati fakta, siswa mengamati penerapan materi yang akan dibahas

2) Diskusi hasil pengamatan, siswa mendiskusikan hasil pengamatan

3) Mencoba/latihan soal sederhana, siswa mencoba mengerjakan latihan sederhana

4) Merumuskan konsep/menyimpulkan, siswa menyimpulkan konsep dari hasil latihan

5) Latihan soal yang lebih kompleks, siswa berlatih soal yang lebih kompleks

.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan pembelajaran. Adapun kegiatan diamati adalah :

1. Aktivitas siswa yang berkaitan dengan berapa persen siswa yang aktif pada tahap mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomukasikan

2. Hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes hasil belajar untuk materi sistem gerak pada manusia

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua instrument yaitu:

1) Tes, digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar.

2) Lembar Observasi, digunakan untuk mengamati proses pembelajaran

Tabel 4.6 Aktifitas siswa Siklus II

No

Kegiatan

Jumlah siswa aktif

Persentase

1

Mengamati

12

60 %

2

Menanya

10

50 %

3

Mengumpulkan informasi

15

75 %

4

Mengolah informasi

12

60 %

5

mengkomunikasikan

11

55 %

Data pada tabel diatas memperlihatkan pada kegiatan mengamati siswa aktif hanya 12 orang dengan persentase 60%. Pada kegiatan menanya 10 siswa aktif dengan persentase 50 %. Pada kegiatan mengumpulkan informasi siswa aktif 15 orang dengan persentase 75%, pada kegiatan mengolah informasi siswa aktif 12 dengan 60% Sedangkan untuk kegiatan mengkomunikasikan siswa aktif hanya 11 orang dengan persentase 55%.

Tabel 4.7 Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

No

Skor

Frekuensi

Persentase

Keterangan

1

0 – 10

2

11 – 20

3

21 – 30

4

31 – 40

5

41 – 50

1

5%

6

51 – 60

2

10 %

7

61 – 70

2

10 %

8

71 – 80

3

15 %

9

81 – 90

11

55 %

10

91 – 100

1

5 %

KKM

80

Nilai terendah

50

Nilai Tertinggi

92

tuntas

15 Orang

belum tuntas

5 Orang

rata-rata kelas

79,55

Data diatas menunjukkan hasil yang semakin baik jika dibandingkan siklus I. Siswa kelas VIII yang nilai hasil belajarnya dibawah KKM hanya 5 orang siswa atau 25%. Nilai terendah yang dicapai siswa adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 92. Secara rata-rata kelas nilai yang diperoleh adalah 79,55. Sedangkan ketuntasan secara klasikal sudah 75 % dengan kategori Baik.

d. Refleksi

Kegiatan pencapaian hasil belajar sudah mencapai rata-rata 79,55%, siswa yang aktif 15 orang namun secara keseluruhan pembelajaran sudah menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik. Keberhasilan pembelajaran juga ditunjukkan dengan meningkatnya persentase ketuntasan siswa dan meningkatnya rata-rata nilai siswa secara klasikal. Atas dasar ini peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian di siklus ke 2.

B. Pembahasan

1. Pembahasan Hasil Penelitian Siklus I

Dari hasil penelitian siklus I terlihat bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada hasil belajar siswa dari nilai rata-rata 58,95 menjadi 64,1. Untuk aktifitas siswa pada tahapan metode pembelajaran two stay two stray peneliti mendapatkan aktifitas tertinggi terdapat pada kegiatan mengumpulkan informasi yaitu 35%. Sedangkan aktifitas terendah adalah mengkomunikasikan yaitu sebesar 15 %.

Meningkatnya hasil belajar siswa menunjukkan penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur two stay two stray disertai peta konsep cocok di gunakan pada materi sistem gerak pada manusia. Meskipun masih terdapat 17 orang siswa yang nilainya berada di bawah KKM namun bila dilihat dari peningkatan hasil belajarnya secara rata-rata meningkat signifikan. Meningkatnya hasil belajar siswa disebabkan pengaruh metode TSTS yang berperan menanamkan konsep IPA dengan meminimalkan penggunaan hafalan materi. Siswa diminta mengkomunikasikan hasil diskusi dalam kelompoknya.

Meskipun secara umum aktifitas siswa sudah meningkat namun yang menjadi fokus peneliti ada pada tahap menanya dan mengkomunikasikan. Kedua tahapan ini menekankan pada kegiatan mengemukakan ide, pertanyaan atau gagasan. Siswa yang tidak terbiasa dan belum terlatih untuk mengemukakan ide terlihat pasif dan tidak aktif dalam kedua tahap pembelajaran tersebut. Hal ini menjadi tantangan bagi peneliti untuk meningkatkan aktifitas siswa pada siklus berikutnya.

2. Pembahasan Hasil Penelitian Siklus II

Pada kegiatan siklus II materi pembelajaran sistem gerak pada manusia. Hasil belajar siklus II menunjukkan peningkatan signifikan baik nilai rata-rata kelas maupun persentase ketuntasan siswa. Untuk nilai rata rata kelas meningkat dari 64,1 pada siklus I menjadi 79,55 pada siklus ke II. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 15 orang.

Untuk aktifitas siswa juga terjadi peningkatan. Pada tahap mengumpulkan informasi secara garis besar siswa aktif (75%) aktifitas terendah pada tahap menanya (50%). Namun secara keseluruhan terjadi peningkatan aktivitas jika dibandingkan dengan siklus I.

Meningkatnya hasil belajar siswa siklus II dipengaruhi siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan metode pembelajaran struktur TSTS disertai peta konsep. Sebagian besar siswa sudah mulai aktif pada semua tahapan pembelajaran meskipun pada tahap menanya hanya 10 siswa yang aktif . Kendala yang peneliti temui di siklus I masih ditemukan pada siklus II. Hal ini menjadi tantangan bagi peneliti untuk meningkatkan aktifitas siswa pada siklus berikutnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Trimaksih ilmunya, bu?

15 May
Balas

ya Ibu, tapi saya Bapak LHO

15 May

Mantap ,makasih ilmunya.

15 May
Balas

sama' ibu

15 May

saya baru pemula dan mencoba menayangkan apa yang sudah saya buatsaya Bapak lho Bu?

15 May
Balas

Mantap

28 May
Balas

Terima kasih Bapak

30 May



search

New Post